Menjadi seorang Profesor tentu tidak semudah dan secepat itu. Bahkan menjadi seorang Profesor juga bukan menjadi jalan akhir untuk dibanggakan. Seperti halnya yang telah disampaikan oleh Bapak Prof. Taufik, S.Psi., M.Si., Ph.D dalam acara Pengukuhan Guru Besar pada Hari Kamis (13/08) di Auditorium Mohammad Djazman, Kampus I UMS. Acara pengukuhan yang juga diadakan secara daring ini mengundang bahagia dan haru atas Gelar akademik yang telah berhasil diraih oleh Wakil Rektor III UMS ini.
Prof. Taufik dalam pidato Pengukuhan yang berjudul “Psikologi Akhlaqul Karimah Untuk Peningkatan Kualitas Diri, Keluarga dan Masyarakat” menyampaikan poin-poin penting dari adanya konsep akhlaq. Dalam pidatonya, Profesor yang masih berusia dibawah 50 th tersebut menerangkan bahwa Akhlaq merupakan kondisi jiwa yang menggerakkan seseorang untuk berbuat tanpa berfikir dan mempertimbangkannya terlebih dahulu (Miskawaih, 1994). Menurut Ibnu Miskawaih, akhlaq bukan sekedar sikap dan perilaku, melainkan kondisi kejiwaan (haal nafs) yang melahirkan dua kondisi yaitu baik dan buruk. Kondisi jiwa yang melahirkan perilaku buruk disebut akhlaqus sayyiah (akhlaq buruk), dan kondisi jiwa yang melahirkan perilaku baik disebut dengan akhlaqul karimah (akhlaq yang mulia). Taufik (2005) menambahkan bahwa akhlaq buruk itu sebagai manifestasi jiwa yang sakit, dan akhlaq yang mulia sebagai manifestasi jiwa yang sehat. Ibnu
Dalam pidato akhirnya, beliau menyampaikan sebuat wasiat untuk diri pribadinya agar selalu ingat bahwa “Professor belum tentu berilmu, karena ukuran ‘orang berilmu adalah orang yang takut kepada Allah SWT’ (QS. Fathir, ayat 28). Profesor belum tentu cerdas, karena ukuran ‘orang cerdas adalah orang yang mampu menahan hawa nafsunya dan beramal sholih untuk bekal setelah kematiannya’ (HR. Imam Ahmad dan Imam Ibnu Majah). ”
(MPsi/bmh)