Kegiatan ini merupakan agenda rutin “Kuliah Lapangan” mata kuliah Psikologi Bencana yang ditujukan bagi mahasiswa Program Studi Magister Psikologi. Kuliah lapangan tahun ini memiliki tema “Ketangguhan Masyarakat Desa Giriasih Gunungkidul Yogyakarta dalam Menghadapi Bencana Perubahan Iklim”. Kegiatan yang dilaksanakan pada Sabtu, 10 November 2018 di Balai Desa Giriasih, Purwosari, Gunungkidul, Yogyakarta dan salah satu rumah masyarakat yang membuat pupuk organik.
Kuliah lapangan tersebut diantaranya bertujuan agar mahasiswa dapat memperoleh pengetahuan dan wawasan tentang ketangguhan masyarakat dalam menghadapi bencana perubahan iklim. Pengetahuan mengenai risiko bencana perubahan iklim di Indonesia khususnya dengan studi kasus yang ada di wilayah DI Yogyakarta. Mahasiswa mencoba memahami fakta dan kondisi riil di tengah-tengah masyarakat yaitu masalah risiko bencana dan cara terbaik yang dilakukan untuk menghadapi bencana. Selain dapat memahami suatu jenis bencana, mahasiswa akan dapat dipahami pula tentang nilai-nilai kearifan lokal yang khas di Indonesia dalam upaya penanggulangan bencana.
Narasumber yang merupakan perwakilan dari masyarakat desa Giriasih menceritakan situasi dan kondisi yang terjadi di dukuh Ngoro-ngoro, Giriasih, Purwosari, Gunungkidul, Yogyakarta. Desa Giriasih memiliki tempat penyimpanan air, karena hujan jarang sekali turun di desa ini. Pernah setahun, hanya turun hujan sekali saja. Lahan yang berada di desa Giriasih kurang subur, sehingga masyarakat membuat pupuk organik yang berasal dari kotoran hewan (sapi, kambing, ayam) dan daun-daun kering. Masyarakat membuat pakan ternak alternatif yang akan diajukan ke pusat untuk memperoleh penghasilan yang disebut Dana Desa. Saat ini, pupuk tersebut masih banyak digunakan untuk masyarakat desa Ngoro-ngoro. Mata pencarian sebagian besar masyarakat di desa Giriasih adalah bertani.
Hal pertama yang dilakukan oleh masyarakat dalam mencegah bencana yaitu melakukan pemetaan ancaman bencana di suatu tempat bencana, apa saja, lalu dilakukan langkah-langkah untuk menanggulangi atau mengatasi. Masyarakat desa Giriasih terbiasa untuk mengatur tanaman yang akan ditanam di lahan pertanian. Misalnya: Ketika musim kemarau, menanam tembakau, dan sebagainya. Ketika tidak ada beras, masyarakat makan umbi-umbian. Ketika hasil panen ketela, lalu dibuat gaplek, selanjutnya ditumbuk hingga menjadi tepung, lalu disimpan. Tepung tersebut sebagai cadangan makanan masyarakat desa Giriasih.
Masyarakat desa Giriasih menjaga kelestarian lingkungan dan kebersihan yang dilakukan setiap hari Jumat. Generasi muda bergerak bersama-sama untuk mensejahterakan kehidupan masyarakat di desa Giriasih.